Irak terisak
Libanon menangis
Palestina tersedu-sedu
Dan, aku hanya mampu mengusap peluh
Koran-koran lusuh itu menumpahkan air mata manusia. Mulai dari anak-anak kecil sampai orang-orang dewasa. “Mereka lebaran dengan darah dan air mata,” sebut koran itu.
Saat ini tangan-tangan bijak itu tak mampu menopang kepedihan mereka. Mereka terlalu banyak. Sementara para dewa hanya menitikkan air mata. Duh, seharusnya mereka menikmati kemenangan di hari lebaran. Malah, mereka menelan ludah kekalahan,” lanjut koran itu memaparkan kondisi masyarakat Irak, Libanon, dan Palestina.
Dan, aku hanya mampu mengusap peluh
Nasr City, 2007
Thursday, October 25, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
6 comments:
Standar ganda menjijikan Bush Jr menuai serapah
Atas fakta dagelan politik buang ludah
Di atas jasad kaku penuh darah
Tanpa nyawa anak-anak Afghan, Somalia, Bosnia
Iraq, Lebanon, Pattani, Kosovo, Palestina
Menyusul dalam daftar calon korban; Indonesia
Yang semakin tidak dihargai sebagai mayat manusia
Hiks... Jadi sedih aku, malah takut jadinya. Tapi mudah2an aja gak seperti itu, Mas Apit K.
"Indonesia... Maju terus, jangan gentar. Apalagi takut. Jangan!!! Tuhan tidak mati, masih dan akan selalu menjaga kita."
--
Mas Apit K, tunjukkan taringmu pada musuh di depan itu...
What a nice poem, what a pretty image... what a sad story :(
Anda benar om solah... puisi ini memang keren. Dahsat...
Aku orang pertama yang bener-bener seneng, karena aku mengikuti lika-liku kepenyairannya mas Wafi. Tampak sekali ia mulai meminimlisir taman bunga yang penuh dengan kumbang-kumbang dalam setiap tulisannya.
Terimakasih, Om atas responnya. Dan semoga setibanya di indo kelak, nama alamat blog ini tidak mudah terlupakan. Itu harapanku padamu, Om! -Harapan apa itu ya?! Hahahaha...-
--
Dan buatmu, duhai kekasih kataku; Ghi'. Kehebatan itu bukannya kudapatkan dari aliran Rocker-mu. Tanpanya, aku sulit untuk seperti sekarang. Benar itu. Rock N Roll Man!!! Hehehehe...
Gila kamu sekarang.
karangan bunga yang kau susun, bukan untuk rembulan yang tiap malam mengusik mimpimu. sekarang, kau petik bunga empatimu dari taman kesadaran manusia, kau sirami mereka dengan air mata kata-katam...
Post a Comment