Guntur meraung memecah kesunyian malam
Halilintar menyambar menyibak tabir kelam
Gerimis menetes, dan jatuh pelan-pelan
O, malam…
Tangan raksasa itu berkelabat
Di atas kepalaku
Aku terkejut dan takut
Aku gelisah dan resah
Tapi tiba-tiba, desau angin berbisik mesra;
“Tenanglah, wahai sang pujangga. Tangan raksasa itu tak ‘kan menamparmu.
Ia tidak jahat, sebab ia bukan penjahat. Ia hanya ingin mencari seekor kutu di rambutmu.”
Aku tercengang, keheranan!
O, malam…
Rupanya, tangan raksasa itu masih berkelebat
Di atas kepalaku
Hingga kini
Aku pun hanya bisa berilusi;
“Mungkinkah, di malam itu aku kembali fitri?”
Di luar dugaan
Derai hujan menganak sungai di halaman depan
Hay Tasi’, 17 Oktober 2007
“Kala hujan deras menyiram kota Kairo.”
Halilintar menyambar menyibak tabir kelam
Gerimis menetes, dan jatuh pelan-pelan
O, malam…
Tangan raksasa itu berkelabat
Di atas kepalaku
Aku terkejut dan takut
Aku gelisah dan resah
Tapi tiba-tiba, desau angin berbisik mesra;
“Tenanglah, wahai sang pujangga. Tangan raksasa itu tak ‘kan menamparmu.
Ia tidak jahat, sebab ia bukan penjahat. Ia hanya ingin mencari seekor kutu di rambutmu.”
Aku tercengang, keheranan!
O, malam…
Rupanya, tangan raksasa itu masih berkelebat
Di atas kepalaku
Hingga kini
Aku pun hanya bisa berilusi;
“Mungkinkah, di malam itu aku kembali fitri?”
Di luar dugaan
Derai hujan menganak sungai di halaman depan
Hay Tasi’, 17 Oktober 2007
“Kala hujan deras menyiram kota Kairo.”
3 comments:
di kairo ujan yah mas????? disini belom, baru angin2 doang...tapi seneng banget...karena dah mulai dingin .... lam kenal yah
Dahsyat ketika kau baca ini tempo hari kemarin... Pelangi di sampingnya Mbak Laili tidak berkedip melihatmu waktu itu.
top neh pusinya..tapi lazuardi apaan seh penyair ponky?;>
Post a Comment